BEM FIS-H UNM Peringati September Hitam

UKKIRI_Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum (FIS-H) Universitas Negeri Makassar (UNM), peringati September hitam dengan mengangkat tema "Bulan Berdarah Sejarah Kelam Pelanggaran HAM di Indonesia” berlangsung di Pelataran FIS-H, Kamis (14/09/2024).

Rahman Latief, pengurus BEM FIS-H, mengatakan kegiatan tersebut merupakan upaya mengenang kembali kejahatan negara di massa lalu.

"Misalnya, tragedi 65 berapa sekian juta nyawa melayang yang dituduh simpatisan Partai Komunis Indonesia (PKI), bagaimana kemudian Munir di bunuh di udara, salim kancil di bunuh di tanahnya sendiri,” tutur Rahman.

Lanjut, Rahman, mengungkapkan bahwa mereka juga berupaya penyebarluasan gagasan kepada seluruh elemen masyarakat yang hadir, agar memiliki paradigma historis dan memantik gerakan yang lebih luas kedepannya.

“Kami sebisa mungkin ingin memberi perspektif dan penyadaran kepada peserta yang ikut bahwa, kita jangan sampai takut untuk bersuara karena kita sudah dilindungi oleh beberapa pasal. Misalnya, pasal 28E ayat 3, kita nda boleh takut untuk bersuara karena kedaulatan rakyat ada di tangan kita sebagai modal melawan kedepannya,” jelasannya.

Sedangkan Jon, dari masyarakat sosiologi yang juga menjadi talent dalam kegiatan ini menampilkan musikalisasi puisi sebuah karya dari Buktu berjudul bebas. Jon, menganggap karya Buktu ini menyampaikan aktivitas keseharian manusia yang terjerat layaknya gembala-gembala oleh otoritas negara yang mengatur semua hal tentang manusia.

"Kita ini layaknya hewan yang harus digiring terus, sekolah harus enam tahun, Sekolah Dasar (SD) belajar yang itu-itu saja, kita nda boleh belajar selain dari yang diajarkan sekolah, di luar itu kita dianggap salah, sesat toh, radikal toh, dan dipaksa taat kepada aturan,” jelasnya.

Lanjut, Jon, menerjemahkan karya Buktu, menurutnya bebas yang disampaikan Buktu, dapat mengajarkan kita memahami makna kebebasan dalam kehidupan yang penuh kekangan dari pemerintah.

“Dalam segala aspek kehidupan kita ini memang sangat-sangat terkekang dengan otoritas pemerintah itu sendiri, makanya dalam karyanya Buktu mengajak kita, bahwa engkau itu bukan ternak yang patuh tapi ternak yang bebas, engkau boleh menentukan jalanmu kemana saja, engkau mau makan rumput disini kah, rumput di sana kah, Bebas! karena otoritas sepenuhnya adalah milikmu," imbuhnya.

Reporter: Alfian Zimran
Penulis: Akram
Editor: Afanullah