
Oleh: Taufikurrahman
Ber-HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) ternyata tidak seindah dan seenak yang disampaikan oleh senior-senior atau alumni-alumni kita pada saat baru-baru ber-HMI. Setelah menjadi kader, terlebih-lebih saat menjadi pengurus, dinamika dan aktivitas di HMI membuat kita merasa jenuh dan bosan. Semangat kita pun naik-turun. Ekspektasi kita diawal ternyata banyak yang tidak sesuai antara apa yang diharapkan (Das sollen) dengan kenyataan (Das sein).
Saat ber-HMI berbagai problematika dihadapi. Mulai dari kondisi pribadi kader itu sendiri, hingga kondisi HMI secara organisasional. Kader-kader yang ingin benar-benar ber-HMI dihadapakan dengan kader-kader yang menyimpang dari ajaran-ajaran dan aturan main di HMI. Menghalalkan segala cara, nampaknya pun mulai terbiasa di HMI. Syarat kepentingan egoisme dan hawa nafsu pun menguasai HMI. Atas faktor ini terkadang membuat rasa miris melihat kondisi HMI.
Bagi mereka yang memikirkan perbaikan HMI sangat merasakan sekali bagaimana HMI ini dicabik-cabik dan dipecah belah oleh sekelompok orang yang memang ingin menghancurkan organisasi ini. Tidak salah jika dikatakan apabila ada orang yang ingin menghancurkan HMI, itu adalah orang komunis. Mengapa demikian? Sepanjang sejarah HMI, orang-orang komunislah yang paling ingin menghancurkan HMI agar dapat menguasai lini intelektual bangsa Indonesia sesuai ajaran komunisme.
Sebenarnya kita terlalu jauh membicarakan ke arah sana. Saya akan mencoba membicarakan hal-hal yang dasar saja, barang kali tulisan ini dibaca oleh kader-kader yang masih bersih dan belum tercemari oleh hal-hal buruk yang dibawa oleh orang-orang yang ingin menghancurkan HMI. Terkhusus juga kader-kader yang semangatnya naik-turun menjalankan aktivitas di HMI.
Untuk memelihara semangat ber-HMI tidak dilarang melakukan kegiatan berbentuk hiburan asal masih dalam koridor kebaikan. Kegiatan tidak melulu dalam aktivitas keintelektualan, seperti diskusi. Tapi jangan sampai pula melupakan tradisi intelektual. HMI sebagai organisasi mahasiswa, itu menjadi ciri khasnya.
Terkadang kita juga miris dan jengkel melihat orang-orang yang menciderai HMI. Ada rasanya ingin meninggalkan HMI. Namun, tentunya sikap itu tidak bijak. Jika orang-orang jahat berkumpul di HMI untuk merusak anak rohani-pikiran Lafran Pane ini, maka orang-orang baik pun harus berkumpul untuk menyelamatkannya. Mengapa demikian? Ingat saja apa yang dikatakan oleh Ali bin Abi Thalib; “Kejahatan yang terorganisir akan mengalahkan kebaikan yang terorganisir”, dalam Al-Quran kita diperintahkan agar merapatkan barisan. Tujuannya untuk apa? Pastinya melawan orang-orang jahat yang ingin menghancurkan HMI karena telah mengangkangi konstitusi dan independensi organisasi.
Jadi bagaimana jika terlebih dahulu dibuang oleh orang-orang jahat dari kepengurusan? Jawabnya, santai saja. Ber-HMI tidak mesti menjadi pengurus. Kita masih bisa melakukan kultural-kultural atas nama HMI. Jika mereka (orang-orang jahat) itu melarangnya, berarti semakin tampaklah keburukannya. Persetan dengan aturan-aturan hukum jika kebenaran dan kebaikan dilarang. Itu artinya bukan hukum atau aturan, tapi egoisme atau kehendak ingin berkuasa.
Menjadi kader HMI tentunya tugas yang sangat berat. Akan tetapi akan ringan jika kita memahami apa yang menjadi hakikat seorang kader HMI. Ber-HMI bukan sekedar berorganisasi tanpa orientasi dan aktivitas meningkatkan kualitas diri sebagai kader HMI yang notabenenya sebagai mahasiswa.
Menjaga semangat agar tetap ber-HMI adalah dengan cara menjaga persaudaraan di HMI. Kalimat yang selalu kita dengar di setiap malam konstitusi dan kata ini tak asing bagi mereka yang pernah melewati malam tersebut; “Di HMI Kita Berteman Lebih Dari Saudara”, adalah sebuah ungkapan kalimat yang memiliki makna yang sangat dalam. Jika persaudaraan atau persahabatan telah terjalin, maka tidak ada lagi praktis membunuh potensi kader. Walau memang harus ada tindakan tegas pada kader-kader yang melenceng dari orientasi HMI.
Banyak sekali kita mendengar sesama kader HMI saling menjegal, karena tidak berasal dari gerbong atau kelompoknya. Nampaknya, di HMI sudah menjamur persekelompokan yang tidak jelas tujuannya. Jika berkelompok dalam diskusi-diskusi atau lembaga bidang minat dan bakat, masih dapat diterima. Akan tetapi jika saling menjatuhkan, nampaknya HMI mulai dijadikan organisasi pribadi atau sekelompoknya saja. Hal ini kita semua perlu untuk berbenah diri.
Agar tetap semangat ber-HMI, bukan hanya melakukan apa yang saya jelaskan di atas tadi. Hal-hal yang baik sesuai kreativitas kita dapat juga menambah semangat ber-HMI. Dengan catatan, aktivitas itu tidak mencinderai nilai-nilai dasar perjuangan, GBHO serta konstitusi HMI.
Tulisan ini sepenuhnya tanggung jawab penulis!