masukkan script iklan disini
MEDIA, UKKIRI—Organisasi Mahasiswa (Ormawa) sejajaran Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) gelar dialog dengan tema “UKT Mahal: Pilih Cuti atau Berhenti Kuliah?” sekaligus buka puasa bersama di Warkop Mau.Co, Tun Abdul Razak, Gowa, Sabtu (01/04/2023).
Pasalnya, masalah UKT (Uang Kuliah Tunggal) belum tuntas. Seperti kenaikan nominal tiap tahunnya, sampai tidak adanya pemotongan UKT bagi mahasiswa semester sembilan.
Hal tersebutlah yang menjadi polemik hingga pembahasan tentang UKT sampai saat ini masih menjadi diskusi hangat mahasiswa, khususnya di UIN Alauddin Makassar.
Per 2013, sistem UKT menggantikan sistem Sumbangan Pembinaan Pendidikan (SPP). UKT yang iming-iming meringankan beban mahasiswa dengan dalih pembayaran sesuai kemampuan ekonomi orang tua, justru kini menuai masalah dalam praktiknya.
Dimas Harun, sebagai speakers menjelaskan tentang polemik UKT mahasiswa semester sembilan ke atas. Pembayaran penuh dianggap tidak sesuai dengan amanah Permendikbud No 25 Tahun 2020 tentang besaran Biaya Kuliah Tunggal (BKT) yang dibayarkan mahasiswa. Sedangkan mahasiswa semester sembilan melakukan pembayaran secara penuh namun tidak menikmati beberapa fasilitas yang sudah ia bayarkan.
“Bergantinya sistem SPP ke sistem UKT, semestinya tidak ada pungutan biaya lain selain UKT. Artinya apa, UKT terbentuk karena adanya BKT, yang kemudian mengatur biaya lansung dan biaya tidak lansung.”
Sementara itu, Jumardi, Presiden Mahasiswa UIN Alauddin Makassar, yang juga turut hadir sebagai speakers dalam dialog tersebut menekankan pentingnya pemahaman dasar mahasiswa mengenai UKT. Hal tersebut sebagai upaya membangun gerakan yang massif dalam menyelesaikan polemik UKT di UIN Alauddin Makassar.
“Untuk membangun gerakan di kalangan mahasiswa, diperlukan kesadaran mahasiswa yang paling penting tentang UKT ini, apa yang sebenarnya mereka bayar namun tidak menikmatinya."
Senada dengan itu, Dian Magfira Selaku Ketua Dewan Mahasiswa FEBI mengatakan bahwa kegiatan dialog tersebut dilaksanakan sebagai upaya membangun wacana kritis di kalangan mahasiswa.
"Ketika banyak mahasiswa yang berhenti kuliah atau cuti karna tidak sanggup membayar UKT, hal tersebut dianggap sebagai sesuatu yang wajar, padahal idealnya pendidikan bisa diakses oleh siapa saja sesuai dengan kemampuan ekonomi mahasiswa atau orang tua. Karenanya, kami mengadakan dialog publik untuk membangun wacana dan pemahaman terkait fenomena tersebut," pungkasnya.
Reporter: Aldi
Penulis: Risal Sannai
Editor: Ziyad Rizqi