masukkan script iklan disini
LAPMI, UKKIRI- Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK) Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) Fakultas Adab dan Humaniora (FAH) UIN Alauddin Makassar (UINAM), di hari kedua ini mengadakan Workshop Kepenulisan dan Bedah Buku Bangku Depan: Kumpulan Suara terbungkam di Ruang Kuliah karya Askar Nur. Jumat (27/08/2021).
Pengenalan dunia kampus tidak hanya bagaimana penggambaran umum struktural kelembagaan yang ada. Bedah buku dan Review Bangku Depan menjadi salah satu cara DEMA FAH mengenalkan kepada mahasiswa baru bagaimana dunia kampus sesungguhnya serta kesadaran akan pentingnya budaya baca dan kepenulisan menjadi salahsatu alasan di adakannya Workshop Kepenulisan tersebut.
Buku Bangku Depan yang berisi kumpulan artikel terkait dunia pendidikan, ideologi pendidikan tinggi dan kritik kebijakan perguruan tinggi, yang berangkat dari fenomena sosial, gerakan advokasi hingga kondisi pendidikan dan ekonomi di masa pandemi.
Bentuk kecintaan terhadap kampus menjadi alasan hadirnya buku ini, ungkap Askar yang juga merupakan Demisioner Presiden Mahasiswa UIN Alauddin Makassar 2018 saat menceritakan alasan hadirnya buku Bangku Depan ini.
“Saya menulis bukan hanya sekeder angan-angan atau hanya berimajinasi. Menulis sebagai bentuk propaganda dan sebagai mesin perlawanan medium gugatan. Mengkritik untuk suatu perubahan dan bernilai lebih untuk kampus itu yang menjadi bentuk kecintaan bagi saya. Bukan untuk menghancurkan reputasi, bukan untuk menghancurkan sebuah kampus. itu bukan hal yang saya fikirkan,” tuturnya.
Putri Sri Ardianti, mahasiswa baru yang sudah membaca buku tersebut sepakat dengan gagasan dan argumen yang di tuangkan dalam buku tersebut.
“Dari awal saat membaca buku ini, saya terpukau dengan essai penulis di bagian Bebaskan Audri sebebas-bebasnya. Sepakat bahwa memang saat ini hukum di Indonesia ibarat pedang yang kendalinya di kuasai oleh orang-orang bejat,” ungkapnya
Naufal Mahdi, yang menjadi narasumber pada Workshop Kepenulisan menjelaskan aspek yang perlu di perhatikan oleh penulis dalam menulis.
“Hal pertama saat saya melihat dan menilai suatu karya dalam hal ini buku, saat bagaimana kalimat itu di rangkai dan bagaimana hubungan kalimat itu dengan maknanya. Bagaimana menilai buku, tidak hanya sebatas baik dan tidak baik. Melainkan bersikap objektif saat menilai sesuatu. Menilai karya sastra dalam hal ini sebuah buku di sesuaikan dengan kaidah-kaidah kepenulisan,” jelasnya.
Ia juga mengungkapkan tanggapannya terhadap buku karya Mahasiswa asal Bone ini, baginya Buku Bangku depan ini selalu bersikap kritis terhadap sesuatu yang di tawarkan dalam menilai kekuasaan.
“Buku ini sangat berhubungan langsung dengan kehidupan kalian nanti dan bagaimana kalian menilai dunia kampus. Dunia kampus tidak semerta-merta hadir di hadapan dan seakan tidak ada sesuatu yang terjadi di dalamnya. Banyak sekali hal yang terjadi di dalamnya yang kalian tidak tahu, dan buku ini meyediakan fasilitas untuk memberitahu dunia itu. Dunia kampus tidak seindah dan sehedon yang teman-teman bayangkan. Dunia kampus itu seluas dunia kampus yang di gambarkan Askar pada Bangku Depan.
Reporter: Rifa'Atul Mahmudah