Sebelum
kejadian mengerikan itu terjadi, semuanya baik-baik saja tak ada kejadian-kejadian aneh dan tak masuk akal.
Namun, suasana mencekam tetap saja terasa dan ditambah lagi tak seorang pun aku
temui di indekos ini. Memang sedikit mengganggu, tapi itu hanya sesaat dan aku
tak begitu mempermasalahkannya. Bahkan aku mulai menyukai indekos ini yang sunyi dan jauh dari
hiruk pikuk kota.
Menurutku,
suasananya begitu tenang sehingga mengingatkanku dengan rumah nenek di kampung. Disini aku
menjalani kegiatanku dengan tenang tanpa ada suara-suara bising dari
kendaraan kota yang mengganggu. Aku selalu menikmati hari-hariku yang
menyenangkan di indekos ini.
Aku
tak pernah membayangkan bahwa akan terjadi kejadian yang mengerikan di kamar
yang sekarang ini aku tempati.
Hingga
akhirnya kejadian mengerikan itu terjadi, yang setiap saat menghantuiku hingga detik ini. Aku melihatnya dengan
mata kepalaku sendiri. Tepat di dalam kamar indekos yang aku tempati sekarang
ini. Sepulang kuliah. Indekos berlantai dua yang keseluruhan bangunannya
terbuat dari kayu besi yang sudah banyak
ditumbuhi oleh jamur dan tanaman liar lainnya. Dengan desain yang begitu
berbeda dengan rumah-rumah warga yang aku lewati. Cukup besar. Sekeliling
indekos itu, terdapat beberapa pohon-pohon besar yang mungkin telah berumur
puluhan tahun. Halaman yang ditumbuhi rumput liar yang mulai meninggi, tanda
bahwa tak pernah di potong memberikan suasana mencekam dari indekos ini. Aku
sempat berubah pikiran, dan ingin mencari indekos lain. Namun, mengingat
indekos ini milik salah satu teman kuliah ibuku dulu, dan ibu berpesan kepadaku
untuk tinggal di indekos ini ketika aku telah mulai masuk kuliah.
Tepat
ketika aku membuka pintu kamar indekosku. Perasaanku tiba-tiba berubah. Mataku
tertuju pada kejadian yang baru pertama kali aku lihat dan membuatku heran.
Bagaimana mungkin ada mayat di dalam kamar indekosku. Aku sering mendengar
mayat yang mati karena dimutilasi atau anggota tubuh seseorang dipotong ketika
telah dibunuh menjadi beberapa bagian di televisi maupun di koran. Tetapi tak
semengerikan kejadian ini.
Di
dalam kamar indekosku, terdapat tubuh seseorang yang tercincang-cincang, tak
lagi berbentuk dengan darah yang sudah mulai mengental dan berhamburan
dimana-mana serta aroma busuk yang begitu menyengat. Aku tak tahu lagi
bagian-bagian tubuhnya. Sangat mengerikan. Dengan sangat ketakutan mulutku
berteriak, tubuhku gemetar, keringat tiba-tiba mengalir
deras membasahi seluar lekuk-leku tubuhku, bau busuknya benar-benar menusuk
masuk kehidungku, air mataku keluar dan tak henti-hentinya merasa mual hingga
akhirnya kukeluarkan seluruh isi perutku.
Dari
bau busuk itu aku menyimpulkan bahwa pembunuhan ini sudah terjadi beberapa
hari. Anehnya, aku hanya meninggalkan kamar indekosku beberapa jam saja.
Bagaimana mungkin. Apakah ada seseorang yang menerorku. Entahlah. Tak berpikir
panjang, ku tutup pintu kamar itu sambil menutupi mulut dan hidungku aku
bergegas dan memberitahukan kejadian itu kepada warga yang rumah tak jauh dari
idekos ku.
“Ada
pembunuhan, seseorang mati! Mayat, ia
berdarah, tercincang-cincang, berhamburan
dimana-mana!” Teriakku dengan kalimat
yang tak beraturan dan juga nafas yang terengah-engah.
“Apa
yang terjadi? Coba ceritakan secara perlahan.” kata salah seorang warga sambil
mencoba menenangkanku.
“Di
kamar indekosku, ada mayat Seseorang yang tercincang-cincang dan berhamburan
dimana-mana begitupun dengan darah.”
Kataku pelan sambil menunjuk ke arah lokasi indekosku.
“Tunggu
kalau begitu, aku kumpulkan warga terlebih dahulu.” Sambil berlari ke arah
rumah-rumah warga.
Sembari
mengatur kembali nafasku, dan
beberapa warga pun telah berkumpul. Aku menuntun mereka menuju indekos yang aku
maksud. Di perjalanan aku masih tak percaya dengan apa yang kulihat dengan mata
kepalaku barusan. Tubuhku terus saja gemetar bahkan semakin kencang, keringatku
pun tak henti-hentinya mengalir. Salah seorang warga mendekapku dan mencoba
menenangkanku.
“Tenanglah,
semua akan baik-baik saja.” Ucapnya dengan lembut, sambil mendekap tubuhku.
“Terima
kasih.” Ucapku dengan tubuh yang masih gemetar.
Beberapa
menit kemudian, sampailah aku dan warga di halaman indekos yang aku maksud.
Ketika warga mulai melangkah masuk, tiba-tiba muncul sosok perempuan paru baya,
menggunakan kebaya berwarna hijau, dengan rambut yang terurai panjang hingga betis dan tak
menggunakan alas kaki dari arah belakang
indekos itu.
“Mau kemana kalian?” Tanya
perempuan itu dengan nada sedikit membentak.
“Kami hendak memeriksa
salah satu kamar,
kata adek ini ada mayat seseorang yang telah dicincang-cincang.” Jelas salah
satu warga kepada perempuan itu sambil menujukku.
“Tak
ada mayat disini! Pulang kalian! Di tempatku ini tak pernah ada mayat apapun
itu. Pulang kalian! Anak itu berbohong.”
Perempuan itu mengulangi
perkataannya beberapa kali dengan nada membentak.
Mendengar
ucapan perempuan itu emosiku memuncak. Dengan tubuh yang masih gemetar, aku berjalan
menuju perempuan itu. Aku menatapnya dengan penuh kemarahan.
“Bagaimana
mungkin aku berbohong! Aku melihat dengan mata kepalaku sendiri! Dengan
seenakknya kau mengatakan aku berbohong hah!” Ucapku dengan nada membentak
pula.
Perempuan
itu langsung memalingkan wajah dan tubuhnya dan berjalan perlahan menuju
belakang indekos.
“Kalau kalian tak percaya
ucapanku, silahkan saja kalian memeriksa kamar yang dikatakan anak itu.” Sambil
berjalan dan tak menoleh. “Dan ingat ibumu menitipkan kau padaku. Kamar itu
khusus untukmu.” Tambahnya lagi dan terus berjalan hingga perempuan itu pergi tak tarlihat.
Warga
kemudian bergegas menuju kamar yang aku maksud. Tubuhku kembali gemetar
begitupun keringatku kembali mengalir deras. Ketika salah seorang warga mecoba
membuka pintu kamar itu secara perlahan. Beberapa warga lainnya, mencoba
menutup mata dan hidung mereka begitu juga aku. Jantungku berdetak begitu
kencang, seakan hendak meledak.
Aku
menarik nafas panjang dan mungkin beberapa warga juga begitu. Alangkah terkejutnya
aku dan warga lainnya tak mendapati apa-apa di dalam kamar indekosku itu. Tak
ada mayat, darah dan bau busuk. Bagaimana mungkin mayat yang aku lihat, berhamburan dimana-mana
dan bau busuk hilang beberapa menit saja. Tak ada sedikitpun yang tersisa. Entahlah. Kepalaku seakan mau pecah dengan
kejadian-kejadian aneh dan tidak masuk akal ini. Para warga meninggalkanku
dengan perasaan marah.
Semenjak
kejadian mengerikan yang terjadi di
kamar ini beberapa bulan yang lalu, suasana di kamar ini semakin mencekam.
Kejadian-kejadian aneh dan tak masuk akal kerap kali aku alami di kamar
ini. Mulai dari meja bergerak sendiri,
begitupun dengan buku-buku yang tiba-tiba berjatuhan entah apa penyebabnya.
Hal itu masih bisa aku terima dan mencoba untuk tetap berpikir positif. mungkin penyebabnya, tikus atau binatang lain yang tak sengaja masuk di kamar ini. Namun, kejadian yang tak masuk akal terjadi beberapa hari yang lalu. Ketika aku bangun untuk melaksanakan shalat tahajjud. Aku mendapati kamar yang awalnya bersih tiba-tiba dipenuhi oleh darah yang mengalir begitu deras dari sela-sela dinding kayu. Warnanya merah pekat, kental dan mengeluarkan bau busuk yang begitu menyengat hingga membuat kepalaku pusing, mual, muntah-muntah dan demam selama beberapa hari. Kejadian-kejadian aneh dan tak masuk akal lainnya itu terjadi berkali-kali. Menerorku setiap saat. Dan hingga akhirnya aku memutuskan untuk meninggalkan indekos mencekam itu.