Iklan

Indekos Berdarah

Lapmi Ukkiri
01 June 2021
Last Updated 2021-06-03T09:21:14Z
Premium By Raushan Design With Shroff Templates
masukkan script iklan disini

 

 


Oleh: Syahrul



Sebelum kejadian mengerikan itu terjadi, semuanya baik-baik saja tak ada  kejadian-kejadian aneh dan tak masuk akal. Namun, suasana mencekam tetap saja terasa dan ditambah lagi tak seorang pun aku temui di indekos ini. Memang sedikit mengganggu, tapi itu hanya sesaat dan aku tak begitu mempermasalahkannya. Bahkan aku mulai  menyukai indekos ini yang sunyi dan jauh dari hiruk pikuk kota.


Menurutku, suasananya begitu tenang sehingga mengingatkanku dengan rumah nenek di kampung.  Disini aku  menjalani kegiatanku dengan tenang tanpa ada suara-suara bising dari kendaraan kota yang mengganggu. Aku selalu menikmati hari-hariku yang menyenangkan di indekos ini. Aku tak pernah membayangkan bahwa akan terjadi kejadian yang mengerikan di kamar yang sekarang ini aku tempati.


Hingga akhirnya kejadian mengerikan itu terjadi, yang setiap saat menghantuiku hingga detik ini. Aku melihatnya dengan mata kepalaku sendiri. Tepat di dalam kamar indekos yang aku tempati sekarang ini. Sepulang kuliah. Indekos berlantai dua yang keseluruhan bangunannya terbuat dari kayu besi  yang sudah banyak ditumbuhi oleh jamur dan tanaman liar lainnya. Dengan desain yang begitu berbeda dengan rumah-rumah warga yang aku lewati. Cukup besar. Sekeliling indekos itu, terdapat beberapa pohon-pohon besar yang mungkin telah berumur puluhan tahun. Halaman yang ditumbuhi rumput liar yang mulai meninggi, tanda bahwa tak pernah di potong memberikan suasana mencekam dari indekos ini. Aku sempat berubah pikiran, dan ingin mencari indekos lain. Namun, mengingat indekos ini milik salah satu teman kuliah ibuku dulu, dan ibu berpesan kepadaku untuk tinggal di indekos ini ketika aku telah mulai masuk kuliah.


Tepat ketika aku membuka pintu kamar indekosku. Perasaanku tiba-tiba berubah. Mataku tertuju pada kejadian yang baru pertama kali aku lihat dan membuatku heran. Bagaimana mungkin ada mayat di dalam kamar indekosku. Aku sering mendengar mayat yang mati karena dimutilasi atau anggota tubuh seseorang dipotong ketika telah dibunuh menjadi beberapa bagian di televisi maupun di koran. Tetapi tak semengerikan kejadian ini.


Di dalam kamar indekosku, terdapat tubuh seseorang yang tercincang-cincang, tak lagi berbentuk dengan darah yang sudah mulai mengental dan berhamburan dimana-mana serta aroma busuk yang begitu menyengat. Aku tak tahu lagi bagian-bagian tubuhnya. Sangat mengerikan. Dengan sangat ketakutan mulutku berteriak,  tubuhku gemetar, keringat tiba-tiba mengalir deras membasahi seluar lekuk-leku tubuhku, bau busuknya benar-benar menusuk masuk kehidungku, air mataku keluar dan tak henti-hentinya merasa mual hingga akhirnya kukeluarkan seluruh isi perutku.


Dari bau busuk itu aku menyimpulkan bahwa pembunuhan ini sudah terjadi beberapa hari. Anehnya, aku hanya meninggalkan kamar indekosku beberapa jam saja. Bagaimana mungkin. Apakah ada seseorang yang menerorku. Entahlah. Tak berpikir panjang, ku tutup pintu kamar itu sambil menutupi mulut dan hidungku aku bergegas dan memberitahukan kejadian itu kepada warga yang rumah tak jauh dari idekos ku.


“Ada pembunuhan, seseorang mati! Mayat, ia berdarah, tercincang-cincang, berhamburan dimana-mana!” Teriakku dengan kalimat yang tak beraturan dan juga nafas yang terengah-engah.


“Apa yang terjadi? Coba ceritakan secara perlahan.” kata salah seorang warga sambil mencoba menenangkanku.


“Di kamar indekosku, ada mayat Seseorang yang tercincang-cincang dan berhamburan dimana-mana begitupun dengan darah.”  Kataku pelan sambil menunjuk ke arah lokasi indekosku.


“Tunggu kalau begitu, aku kumpulkan warga terlebih dahulu.” Sambil berlari ke arah rumah-rumah warga.


Sembari mengatur kembali nafasku, dan beberapa warga pun telah berkumpul. Aku menuntun mereka menuju indekos yang aku maksud. Di perjalanan aku masih tak percaya dengan apa yang kulihat dengan mata kepalaku barusan. Tubuhku terus saja gemetar bahkan semakin kencang, keringatku pun tak henti-hentinya mengalir. Salah seorang warga mendekapku dan mencoba menenangkanku.


“Tenanglah, semua akan baik-baik saja.” Ucapnya dengan lembut, sambil mendekap tubuhku.


“Terima kasih.” Ucapku dengan tubuh yang masih gemetar.


Beberapa menit kemudian, sampailah aku dan warga di halaman indekos yang aku maksud. Ketika warga mulai melangkah masuk, tiba-tiba muncul sosok perempuan paru baya, menggunakan kebaya berwarna hijau, dengan rambut yang terurai panjang hingga betis dan tak menggunakan alas kaki  dari arah belakang indekos itu.


Mau kemana kalian?” Tanya perempuan itu dengan nada sedikit membentak.


Kami hendak memeriksa salah satu kamar, kata adek ini ada mayat seseorang yang telah dicincang-cincang.” Jelas salah satu warga kepada perempuan itu sambil menujukku.


“Tak ada mayat disini! Pulang kalian! Di tempatku ini tak pernah ada mayat apapun itu. Pulang kalian! Anak itu berbohong. Perempuan itu mengulangi perkataannya beberapa kali dengan nada membentak.


Mendengar ucapan perempuan itu emosiku memuncak. Dengan tubuh yang masih gemetar, aku berjalan menuju perempuan itu. Aku menatapnya dengan penuh kemarahan.


“Bagaimana mungkin aku berbohong! Aku melihat dengan mata kepalaku sendiri! Dengan seenakknya kau mengatakan aku berbohong hah!” Ucapku dengan nada membentak pula.


Perempuan itu langsung memalingkan wajah dan tubuhnya dan berjalan perlahan menuju belakang indekos.


Kalau kalian tak percaya ucapanku, silahkan saja kalian memeriksa kamar yang dikatakan anak itu.” Sambil berjalan dan tak menoleh. “Dan ingat ibumu menitipkan kau padaku. Kamar itu khusus untukmu.” Tambahnya lagi dan terus berjalan hingga perempuan itu pergi tak tarlihat.


Warga kemudian bergegas menuju kamar yang aku maksud. Tubuhku kembali gemetar begitupun keringatku kembali mengalir deras. Ketika salah seorang warga mecoba membuka pintu kamar itu secara perlahan. Beberapa warga lainnya, mencoba menutup mata dan hidung mereka begitu juga aku. Jantungku berdetak begitu kencang, seakan hendak meledak.


Aku menarik nafas panjang dan mungkin beberapa warga juga begitu. Alangkah terkejutnya aku dan warga lainnya tak mendapati apa-apa di dalam kamar indekosku itu. Tak ada mayat, darah dan bau busuk. Bagaimana mungkin mayat yang aku lihat, berhamburan dimana-mana dan bau busuk hilang beberapa menit saja. Tak ada sedikitpun yang tersisa.  Entahlah. Kepalaku seakan mau pecah dengan kejadian-kejadian aneh dan tidak  masuk akal ini. Para warga meninggalkanku dengan perasaan marah.


Semenjak kejadian mengerikan yang  terjadi di kamar ini beberapa bulan yang lalu, suasana di kamar ini semakin mencekam. Kejadian-kejadian aneh dan tak masuk akal kerap kali aku alami di kamar ini.  Mulai dari meja bergerak sendiri, begitupun dengan buku-buku yang tiba-tiba berjatuhan entah apa penyebabnya.


Hal itu masih bisa aku terima dan mencoba untuk tetap berpikir positif. mungkin penyebabnya, tikus atau binatang lain yang tak sengaja masuk di kamar ini. Namun, kejadian yang tak masuk akal terjadi beberapa hari yang lalu. Ketika aku bangun untuk melaksanakan shalat tahajjud. Aku mendapati kamar yang awalnya bersih tiba-tiba dipenuhi oleh darah yang mengalir begitu deras dari sela-sela dinding kayu. Warnanya merah pekat, kental dan mengeluarkan bau busuk yang begitu menyengat hingga membuat kepalaku pusing, mual, muntah-muntah dan demam selama beberapa hari. Kejadian-kejadian aneh dan tak masuk akal lainnya itu terjadi berkali-kali. Menerorku setiap saat. Dan hingga akhirnya aku memutuskan untuk meninggalkan indekos mencekam itu.

 

 

 

 

 

 

 

iklan
Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Stars Rally to Beat Predators in Winter Classic at Cotton Bowl