masukkan script iklan disini
Oleh: HMI Cabang Takalar
Mengutip ungkapan dari Dr. Sabri AR dalam artikel ilmiahnya yang mendaku bahwa "Hubungan-hubungan sosial telah memasuki babak baru: ruang-maya (cyber space) yang tak sedikit menerbitkan kegaduhan di ruang “publik”. Negara, hingga batas tertentu telah mengalami pelemahan dan “takluk” dalam cengkeraman wibawa pasar global berciri cyber dan digital. Fenomena ini berpotensi menekuk fungsi-fungsi negara secara radikal dan pada urutannya menyulut tuntutan baru kemanusiaan global: dunia tanpa negara. Di titik ini, percakapan perihal “ruang kebangsaan” lalu menjadi gagap, genting, dan rapuh.
Dalam diksi yang tajam dan analitik ini seakan menyentuh satu problematika yang begitu mencengangkan dikabupaten Takalar dewasa ini, kekuatan kebangsaan seyogigyanya teguh dihadapan para desainer-desainer imajiner kemajuan daerah, namun pada faktanya yang tersaji di publik adalah simbolik yang distorsi dan jelas menghadirkan dekadensi kepercayaan pada wakilnya sendiri diwilayah hierarkis pemerintahan. Akhirnya masyarakat gapap ,genting dan rapuh terhadap bentuk kebangsaan yang dicita-citakana bersama atau yang didaku Benedict Anderson dengan "proyek imajinasi". Sebab penampilan vulgar di legislator kabupaten takalar akhir-akhir ini telah memberikan kesan buruk sekaligus memalukan di ruang konsumtif masyarakat.
Penganiyaan yang dilakukan oleh Andi Nur Zaelan terhadap Johan Nojeng, dan Bakri Sewang, menyulutkan satu narasi ketidakberesan di dapur legislasi yang pada dasarnya menjadi lumbung dari butir-butir aturan. perilaku segelintir orang ini justru akan menghapus jejak ketegasan-ketegasan tertulis yang lahir dari rahim suci legislator Takalar. Secara kelembagaan HMI Cab.Takalar dalam hal ini mengutuk dengan tegas tindakan dan peristiwa yang terjadi di lembaga legislator yang jelas tidak mencirikan pemimpin sebagai sentrum harapan masyarakat Takalar.
"Ruang diramunya aturan-aturan sebagai kontrol menuju kemajuan masyarakat Takalar selayaknya menghadirkan babak perjumpaaan gagasan dan argumentasi tanpa melibatkan sentuhan fisik. penganiayaan yang terjadi hanyalah fenomena (dampak) dari sebuah nomena (sebab) sebagai bukti ketidak becusan lembaga legislasi meramu dapurnya," Ungkap Kasim sebagai Kabid PAO HMI Cab. takalar.
Senada yang disampaikan Kasim, Muhammad Saidina sebagai Kabid PA HMI Cab.Takalar menyampaiakan dengan begitu lugas bahwa "sikap memalukan ini adalah tarik ulur kepentingan hingga ribut mempermalukan daerah". Secara kelembagaan HMI Cab. Takalar berharap "ditengah goyahnya dan rapuhnya tubuh kabupaten Takalar yang di terjang oleh pelbagai polemik mengharukan sekaligus membangun keraguan publik, berbagai unsur penting dikabupaten Takalar seyogianya terlibat aktif memikirkan pulihnya dan terbebasnya kabupaten Takalar dari berbagai laku amoral dan sikap menguntungkan diri sendiri tanpa terkecuali DPRD kabupaten Takalar sebagai lembaga legislator bukan malah memperkeruh suasana". Sebab masyarakat ideal yang dicita-citakan akan tercipta melalui insan (pribadi) yang merdeka dan bijaksana.
Kami dari HMI Cab Takalar berharap ada sosok panutan, tokoh, yang dituakan, yang benar-benar mampu menyembuhkan Takalar yang “pesakitan”. Dimulai dari Merefleksi kembali Trias Politica sebagai bentuk kemapanan suatu negara demokratis.