Iklan

Cinta Suku Dani

Lapmi Ukkiri
30 March 2021
Last Updated 2021-03-30T11:08:36Z
Premium By Raushan Design With Shroff Templates
masukkan script iklan disini
Oleh Nuraida hirata
Mahasiswa Sejarah dan Peradaban Islam UIN Alauddin Makassar

Orang Dani atau biasa juga disebut sebagai Ndani merupakan salah satu suku dari sekian banyaknya suku yang mendiami pedalaman papua, yaitu di sekitar dataran tinggi pegunungan  jayawijaya bagian tengah. Pemukiman mereka berada di sekitar hulu sungai-sungai besar seperti sungai Memberamo yang bermuara ke pantai utara papua. Secara administrasi daerah pemukiman masyarakat Dani ini termasuk wilayah kabupaten jayawijaya dengan ibukota bernama Wamena. Secara geografis kabupaten jayawijaya terletak antara 30.20 sampai 50.20’ lintang selatan serta 137.19’ sampai 141 bujur timur. 

Beberapa orang berasumsi bahwa masyarakat ini merupakan bukti gelombang awal perpindahan manusia dari daratan Asia pada ribuan tahun yang lalu. Walaupun mereka di perkirakan mulanya datang sebagai masyarakat preagriculture, yaitu masyarakat yang hidup dalam sebuah kelompok kecil yang mata pencahariannya dengan berburu dan bercocok tanam.

Suku bangsa dani atau lebih suka disebut suku bangsa parim/baliem  ini percaya pada roh, yakni roh laki-laki yang biasa disebut  “suangi ayoka’’ dan roh perempuan “suangi hosile”.  Mereka menyakini kekuatan sakti yang berasal dari nenek moyang yang diturunkan kepada anak laki-lakinya. Mereka percaya bahwa kekuatan tersebut dapat menjaga kebun, menyembuhkan penyakit, dan kekuatan menyuburkan tanah. Suku ini sangat menghormati nenek moyangnya, maka tak heran di bebrapa kesempatan suku Dani sering kali menyelanggarakan upacara pesta babi sebagai bentuk rasa syukur terhadap pemberi kehidupan.

Suku Dani memiliki sebutan khusus untuk orang-orang penting di sukunya, diantaranya; kepala suku yang disebut sebagai Ap kain, pemimpin suku disebut Watlangka, kepala perang disebut  Ap Menteg, kepala suku kesuburan disebut Ap Horeg dan kepala suku adat disebut Ap Ubalik. Pemimpin dalam masyarakat Dani harus dapat menjadi panutan bagi rakyatnya, oleh sebab itu pemimpin tersebut juga harus memiliki kemampuan, antara lain berdiplomasi, bercocok tanam, berburu, berani, dan ramah.

Masyarakat Dani tergolong sebagai masyarakat dengan keterbelakangan teknologi yang di tandai dengan cara hidup dan juga gaya bahasa yang di gunakan, masyarakat Dani pada umumnya memenuhi kebutuhan hidup dengan cara bertani, berburu, berternak babi dan juga berkebun untuk memenuhi kebutuhan hidup. Di ketahui bahwa suku yang mendiami wilayah di lembah baliem ini dikenal sejak ratusan tahun yang lalu sebagai petani yang terampil menggunakan alat atau perkakas seperti kapak batu, pisau yang terbuat dari tulang binatang, bambu dan juga tombak yang dibuat menggunakan kayu galian yang terkenal sangat kuat dan berat untuk berburu. 

Selain dari pada itu bahasa yang digunakan oleh masyarakat dani tergolong tradisional yaitu bahasa melansia dan bahasa papua tengah. Masyarakat Dani juga masih menggunakan “koteka” atau lebih di kenal dengan penutup kemaluan untuk para pria yang pada umumnya terbuat dari labu kuning, sengkan para wanita menggunakan pakaian “wah” yang berasal dari rumput/serat. 

Lalu bagaimana dengan sistem kekerabatan suku dani? 

Kekerabatan suku Dani bersifat patrilineal yang berarti pernikahan yang bersifat poligami, yang kemudian dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu Kelompok Kekerabatan; keluarga luas dengan dua atau tiga keluarga yang bersama-sama mendiami suatu komplek perumahan yang ditutup oleh pagar (lima), Paroh Masyarakat; gabungan dari beberapa klen kecil dan, Territorial. Salah satu Tradisi yang menarik dari suku Dani adalah tradisi potong jari atau disebut juga dengan Iki Palek. Iki Palek sendiri merupaka tradisi yang harus dilakukan oleh masyarakat dani sebagai simbol kesedihan atas meniggalnya anggota keluarga. Bagi mereka menangis saja tidak cukup untuk melambangkan kesedihan yang dirasakan. Rasa sakit dari memotong jari itulah yang di anggap bisa mewakili hati dan jiwa yang tercabik-cabik karena kehilangan. Memotong jari juga dapat diartikan sebagai upaya untuk mencegah terulangnya kembali malapetaka yang telah merenggut nyawa seseorang di dalam keluarga yang berduka. 

Selain dari pada itu, alasan mereka memutuskan untuk melakukan tradisi ini adalah karena jari dianggap sebagai simbol harmoni, persatuan, dan kekuatan. Bagian tubuh tersebut menjadi lambang hidup bersama sebagai satu keluarga. Pada umumnya suku Dani akan menggunakan kapak atau pisau tradisional untuk memotong jari. Selain bantuan benda tajam, suku Dani juga terbiasa menggunakan gigi mereka untuk memotog jari, mereka akan menggigitnya hingga putus. Bagi mereka rasa sakitnya memang tidak bisa dibayangkan. Namun, sebagai tanda kesetiaan, hanya ini yang dapat mereka lakukan.
iklan
Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Stars Rally to Beat Predators in Winter Classic at Cotton Bowl