Konflik Sosial Dalam Buku Entrok Karya Okky Madasari



Oleh Syahri Istiqfarni

Identitas Buku

Judul: Entrok
Penulis: Okky Madasari
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit: 2010
Tebal halaman: 282 hlm

Sinopsis Buku

Buku fiksi berupa novel ini berkisah tentang kisah kehidupan dua orang perempuan yaitu Sumarni dan anaknya Rahayu, dimana Sumarni atau Marni dikisahkan tentang perempuan konservatif yang masih memuja leluhurnya atau biasa disebut dengan Animisme yang ulet utuk mendapatkan yang diinginkannya. Karakter Marni ini mulai terbentuk ketika ia merasakan saat beranjak remaja, payudaranya mulai menyembul, disitulah muncul keinginanya untuk memiliki Entrok (pakaian dalam wanita) sama seperti yang dimiliki teman sebayanya.

Keinginanya yang sederhana ini membuat ia ingin memiliki entrok namun dilihat dari kehidupan ekonomi sang ibu yang hanya sebagi buruh di pasar membuat entrok adalah barang yang mewah dan tak terbeli untuk ibunya berikan, sampai akhirnya Marni berusaha agar entrok ini bisa ia miliki, sampai ia melakukan segala cara termasuk menjadi kuli di pasar untuk mendapatkan pundi rupiah untuk membeli entrok.

Sampai akhirnya tanpa menyerah dengan menjadi kuli akhirnya ia bisa membeli sebuah entrok, namun dengan pengalamanya ini akhirnya ia membentuk persepsi dirinya bahwa semua bisa didapatkan dengan usaha dan kerja keras. Hal ini pun membuatnya menjadi wanita ulet yang pantang menyerah ketika ia menginginkan sesuatu. Kisah Marni terus bergulir, sampai ia menikah dan mempunyai seorang anak. Namun, sang suami adalah laki-laki yang pemalas dan doyan bermain perempuan, dengan demikian Marni lah yang menafkahi keluarganya, dengan berdagang panci keliling desa sampai dengan menjadi rentenir yang kaya.

Profesinya sebagai rentenir membuatnya menjadi kaya namun tidak terlepas dari cibiran orang-orang desanya yang mencap bahwa Marni sebagai linta darat, namun hal itu tidak membuat Marni berhenti dari profesinya karena ia menganggap bahwa karena diriyalah orang-orang di kampungnya yang kekurangan finansial bisa tertolong. Seain itu, Marni juga tetap masih menyembah leluhurnya dengan membuat sesajen-sesajen sampai ia dikatakan sebagai pesugihan yang memelihara tuyul untuk memperoleh kekayaan.

Adapun Rahayu anak Marni yang dikisahkan sebagai perempuan kontemporer yang cerdas dan taat pada Agama. Rahayu yang tumbuh dewasa akhirnya ia semakin menyadari bahwa sang ibu ialah seorang rentenir yang membuatnya bertentangan keras dengan sang ibu. Puncaknya ketika Rahayu menikahi seorang pria beristri dan memilih meninggalkan ibunya tanpa pernah berkomunikasi dengan ibu dan ayahnya. Rahayu dan sang suami tergabung dalam kelompok dakwah yang membela penduduk yang hendak akan digusur karena proyek bedungan.

Dari narasi kisah dua perempuan yakni Marni dan Rahayu inilah kisah entrok terbangun dimana keduanya menjadi tokohnya dan menjadi naratornya secara bergantian. Kisah dalam novel ini sederhana yaitu kisah perjuangan hidup dua perempuan yang penuh perjuangan melawan ketidakadilan dan kesewenangan-wenangan pemerintah.

Kelebihan Buku

Buku ini memiliki judul yang unik “Entrok” hal ini membuat banyak orang penasaran untuk membaca buku ini, disamping itu covernya yang unik dengan ilustrasi yaitu punggung seorang perempuan yang terlihat sedang membuka pakaian dalamnya sudah merupakan petunjuk bagi pembaca bahwa entrok adalah pakaian dalam wanita, biasa disebut kutang, atau bra yang dikenakan para wanita dimasa lampau. Sebutan entrok ini sendiri berasal dari bahasa Jawa.

Adapun yang membuat novel ini menarik adalah munculnya beberapa tema besar yang mewarnai novel ini, yaitu, tema feminisme, pluralisme, politik, profesi, kepercayaan, serta agama. Menariknya walau memiliki beberapa tema namun semua tema itu terawi secara baik sehingga menghasilkan kisah yang utuh, unik dan mengalir.

Kekurangan Buku

Sayangnya dalam novel ini terdapat kisah entrok ini hanya ada pada bab pertama lalu tidak disinggung kembali dalam bab lain padahal entrok sendiri adalah judul buku sedangkan pembaca mengira bahwa buku ini berkisah tentang pengulikan entrok namun sayangnya entrok terkisah pada bab pertama saja. Dalam bab “kentut kali manggis” yang terkisah dalam bab ini kiranya sedikit mengada-ngada, ada juga tulisan yang perlu dibaca beberapa kali untuk mengetahui maksud dari penulis.