masukkan script iklan disini
Oleh Muhammad Syarif Hidayatullah [Mahasiswa UIN Alauddin Makassar, Founder of Indonesia For English Community (IFEC)]
Assalamualaikum wr. wb.
Ada catatan penting dan harus diketahui bagi siapa saja yang ingin mengenal Agamanya sendiri; Islam.
Sekarang sedang hitsnya satu sekte yang punya jargon "Kembali kepada 'kemurnian' Al-Qur'an, Sunnah, dan Salafush Sholeh". Mereka memiliki keindahan bahasa dan daya tarik yang memesona dengan cara berdakwah lisan dan tulisan serta upaya mengenalkan simbol Islam kepada jama'ah dan orang awam yang tertarik dengannya. Dengan tidak segan untuk menghakimi salah, Bid'ah, sesat dan bahkan kafir kepada orang di luar pemahaman keagamaan mereka, termasuk; menghakimi sesat Ahlu Sunnah wal Jama'ah.
Mereka bahkan menguasai tanah Hijaz; Mekkah dan Madinah hingga detik ini. Semua sistem pendidikan, politik, keagamaan dan sektor kehidupan yang lain bahkan telah diganti dengan sistem yang sesuai dengan akidah mereka, mereka adalah Wahabi.
Wahabi adalah cara pandang yang ingin hanya menafsirkan Ayat dan Hadits bahkan amalan Salafush Sholeh hanya berdasarkan "teks" atau zahir (lahirnya) saja, tidak ingin menafsirkan dengan metode takwil atau majazi, sehingga mereka paling keras menentang dan hingga menyesatkan orang-orang yang berada di luar golongan mereka. Dengan kata lain, mereka rigid (maha kaku) dalam memahami agama.
Salah satu dari banyak ajarannya adalah, mereka melarang, menyalahkan dan menghakimi bid'ah orang yang berdo'a secara berjama'ah setelah shalat fardu, mengusap tangan ke wajah setelah berdo'a sendiri atau berjama'ah, bertawassul (berdo'a dengan perantara/wasilah), membacakan do'a atau sekadar Al-Fatihah bagi orang yang telah meninggal, Tahlilan, Yasinan, hingga berfatwa sesat misal bagi Jama'ah Tabliq dan kalangan Ahli Tareqat Sufi, juga lain sebagainya.
Dalam perkembangan yang sebenarnya mereka menipu umat, distorsi (memutarbalikkan fakta) fakta, dan sejarah kelam tentang mereka dengan banyak alasan dan cerita.
Salah satu dari distorsinya dengan berkata "Wahabi, pendirinya bukanlah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab. Kenapa "Wahabi" dinisbatkan (ditujukan) kepada beliau? Wahab kan nama Kakeknya", "Wahabi itu sebenarnya didirikan oleh orang yang hidup jauh sebelum itu, dia bernama Muhammad bin Abdul Wahab bin Abdurrahman Rustum (Rustum), bukan Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab. Istilah Wahabi itu hanya dipopulerkan oleh orang-orang Syiah dan orang yang membenci kami".
Itulah beberapa pengalihan yang biasa dibuat oleh sekte Wahabi. Dan mereka sengaja menghindar jikalau saja ulama AhluSunnah wal Jama'ah meminta untuk sekadar berdiskusi (apalagi berdebat) meluruskan ajaran-ajaran mereka yang dianggap "memurnikan" Al-Qur'an, Hadits dan Salafush Sholeh, sebut saja tantangan itu datang dari ulama AhluSunnah wal Jama'ah; Ustadz Abdul Somad, Ustadz Adi Hidayat, Habib Muhammad Rizieq, para Khabaib, dan ulama-ulama lainnya. Karena sesungguhnya, orang yang menantang telah mengetahui sejarah dan keadaan ajaran Wahabi yang sebenarnya.
Fakta dan sejarahnya yang harus kita tahu, adalah mereka telah menipu pengikutnya dan ummat Islam. Sebagai tinta sejarah, orang yang pertama kali menggelari istilah "Wahabi" adalah Sulaiman bin Abdul Wahab An-Najdi Al-Hanbali (kakak kandung dari Muhammad bin Abdul Wahab). Kakaknya sendiri yang menentang dan menolak ajaran adiknya dikarenakan adiknya telah jauh dari pemahaman keagamaan ummat saat itu, dan selalu men-Takhfiri (mengkafirkan) orang yang tidak sesuai dengan pemahaman keagamaannya. Sang Kakak, Sulaiman Al-Hanbali kemudian menulis kitab untuk mengecam adiknya yaitu "Al-Shawaiq Al-Ilahiyyah fil Raddi alal Wahhabiyyah" (Petir yang Membakar untuk Menolak Paham Wahabi).
Ustadz-ustadz Wahabi dalam setiap ceramahnya menipu dengan mengatakan bahwa Muhammad bin Abdul Wahab bin Abdurrahman Rustum sebagai pendiri Wahabi, faktanya Rustum adalah seorang pengikut "Wahbiyyah" (bukan Wahhabiyyah) dan Rustum bukanlah pendiri dari sekte Wahbi (Wahbiyyah), melainkan sekte ini dinisbatkan kepada Abdullah bin Wahbi Ar-Rasibi sebagai pendirinya. Wahbiyyah adalah kelompok Khawarij yang suka mengkafirkan, dan bahkan menghalalkan darah Muslim lain yang tak sepaham dengan mereka.
Muhammad bin Abdul Wahab, nama lengkapnya Muhammad bin Abdul Wahab bin Sulaiman At-Tamimi An-Najdi seorang reformis dan pendiri gerakan Wahabi bersama dengan Abdul Aziz bin Sa'ud (mereka berdua adalah pendiri kerajaan Arab Saudi; Abdul Wahab pemimpin akidah sedangkan Abdul Aziz sebagai penguasa politik pemerintahan; perjuangan mereka diabadikan dalam gambar "dua pedang" pada bendera Arab Saudi) yang keduanya telah mengubah semua sistem kehidupan yang ada di Saudi Arabia hingga detik ini, termasuk menyebarkan paham Wahabi (Wahhabiyyah) ke seluruh negara dan komunitas Muslim di seluruh dunia; melalui kitab-kitab, dakwah, ceramah, kuliah (pendidikan), pelatihan, dll, baik media cetak maupun elektronik.
Dasar pemahaman Muhammad bin Abdul Wahab didapat dari pemahaman keagamaan yang dianut oleh Ibnu Taimiyah, yang pernah empat (4) kali keluar dan masuk penjara karena pemahaman Ibnu Taimiyah yang selalu men-Jisimkan (menyifati Allah swt. dengan sifat-sifat manusia secara fisik) Allah swt. baik yang terdapat dalam teks ayat Al-Qur'an dan teks Hadits Nabi Saw. Penguasa bersama seluruh Qadhi (Ahli atau Mufti) dari setiap wakil empat Mazhab; Hanafi, Maliki, Syafi'i dan Hambali pada masa itu menyidangkan Ibnu Taimiyah dan memaklumatkan sesat kepadanya. Dalam tiap kali dia dibebaskan karena taubat dari pemahamannya, ia selalu mengingkari taubatnya sendiri, hingga pada kurungan yang ke-empat kali; akhirnya Ibnu Taimiyah bertaubat di dalam penjara, bersamaan ia menghembuskan nafas terakhirnya.
Fakta dan sejarah ini sangat jelas dan menganga, dan setiap kali sejarah ini ingin disingkap, selalu ada pengikut Wahabi yang menutupi dan membohongi para jama'ah dan orang awam yang ingin hanya mendengar dan percaya tapi tak pernah ingin mencari tahu kebenarannya. Islam mengecam mereka yang hanya bisa Taqlid buta (hanya mengikuti pemahaman dan golongannya saja), tapi Islam menyuruh kita untuk Ittiba' (mencari tahu dan klarifikasi, tabayyun kepada kebenaran dan fakta). Sejarah dan fakta ini, anda bisa baca pada banyak kitab-kitab para ulama silam yang telah menentang ajaran-ajaran Wahabi.
Kemudian dalam pada esai ini kita (umat Islam) tidak dimaksud arahkan agar membuka lahan (expand) pem-bid'ah-an, fanatisme, bahkan hingga saling mengkafirkan. Sudah selayaknya kita berlapang dada menerima perbedaan penafsiran, analisis, dan hal-hal ranting (furu'iyyah) lainnya selama perbedaan-perbedaan itu tetap berada di atas ushul agama ini. Jikalau saja para sahabat-sahabat Nabi saw. berlapang dada menerima perbedaan di antara mereka, lalu siapakah kita berani yang selalu berdebat dan menyalahkan saudara Muslim yang lain?
Telah waktunya kita harus kembali sadar untuk mengambil contoh sikap lapang dada dari para sahabat Nabi saw. dan melampaui seluruh perdebatan dan aksi pengkafiran yang membuat hati kita sempit hingga pada akhirnya semua berakibat sia-sia. Jangan biarkan orang-orang Ahlul Kitab dan orang-orang yang enggan menjalankan syariat Baginda Muhammad saw. terus tertawa karena perpecahan dan aksi saling menyalahkan di antara umat ini. Pada sisi lain jangan pula biarkan mereka masuk menyesatkan dan mengadu domba hingga kita masuk dalam golongan orang-orang yang dimurkai (Yahudi) dan pula jalan mereka yang sesat (Kristiani)
"Dialog musyawarah" ilmu mendekatkan, sedang "mengkafirkan" sungguh menjauhkan kita; menjauhkan silaturrahmi sebagai hablum minan naas dan merusak ritus-ritus amal sebagai hablum minallah
Wassalamualaikum wr. wb.
Di Atas Bumi Allah dan Di Bawah Langit-Nya.