Mantra Aksara



Oleh Wa Ode Nurfadillah Andi

Sapaan hangat dari serumpun padi yang mulai menguning di tengah sawah, seolah memanggil setiap jiwa menyambutnya..
Aku duduk di saung kecil sambil menengadah, menyaksikan langit dengan birunya..
Dan terik yang mulai berkuasa seakan melarang keras bumi basah..

Aku tersenyum dan mulai bertanya-tanya dalam hati..
Mungkinkah dunia nyata memang hanya akan menjadi dua bongkahan syair syair pujian dan ujian? Dan mimpi hanya akan terus menjadi hiasan?
Di saat Para penyair mulai menggila dengan buruan sajak sajak cintanya

Aku mencoba diam dan belajar memahami rasa dengan logika terbalik..
Pun jika penyair-penyair itu berhasil membuat terpesona, itu tak lebih dari sebagian kecil kepingan pejalanan hidup, yang dipunguti lalu terangkum dalam baitan puisi..
Dan kini di alam fatamorgana ini..

Diamku akan menjadi mantra untuk sederetan aksara yang ku tulis
Aku yakin setiap aksara akan menitipkan beberapa harapan
Ketika rerumputan, langit dan angin tak mampu lagi menafsirkan kisah..