Iklan

Menonjolkan Sisi Feminis, New ELE Tampilkan Drama King Lear

Lapmi Ukkiri
13 January 2019
Last Updated 2020-06-23T04:32:45Z
Premium By Raushan Design With Shroff Templates
masukkan script iklan disini


LAPMI, UKKIRI – Mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Inggris pertama kalinya menggelar ELE (English Literature Exhibition) di luar kampus UIN Alauddin Makassar, mereka mengadakan kegiatan ini di Gedung Kesenian Makassar. Sabtu, (12/01/19).

Ada beberapa pementasan yang ditampilkan, yakni English Drama, English Poetry, English Prose, dan American Literature after 1990.

Dan semua pementasan tersebut digabungkan ke dalam English Drama. Ada 2 drama yang ditampilkan yaitu King Lear dan A Midsummer Night’s Dream.

Penulis tertarik dengan drama yang berjudul King Lear.

Penulis naskah drama yang berjudul King Lear, Dwi Saputra Mario Muhammad, menyinggung sedikit terkait drama tersebut.

"Drama King Lear ini kami adopsi dari naskah William Shake Speare’ dan juga penafsiran dari Rio Kishida, penulis dari Jepang yang menulis tentang Lear Asia. Dia membawanya ke konteks yang lebih Asia yang terlalu membawa kultural Eropa. Cuman kami disini mencoba untuk memadukan keduanya bahwa di naskah ini sebenarnya lebih menonjol kepada hal-hal  yang berbau feminism." Ujarnya.

Lanjutnya, ia menjelaskan bahwa dalam pementasan drama ini menceritakan kuasa perempuan untuk merebut kerajaan dan bagaimana melawan paham-paham monarki itu sendiri memang sangat hidup di naskah ini.

"Cuman yang ingin lebih kami perkuat adalah bahwa persoalan wacana-wacana tragedi yang bukan hanya kami yang merasakannya. Tim kita juga mencoba melibatkan penonton dalam alur cerita ini, dengan melihat bahwa ketika adegan-adegan yang tertusuk yang secara kemanusiaan adalah hal-hal yang tidak patut kita tertawakan malah ini menjadi suatu hal yang kita sangat antusias, kita memberi tepuk tangan terhadap pembunuhan, kita tertawa terbahak-bahak melihat sebuah penderitaan yang terjadi di atas panggung. Tanpa kita sadari bahwa penonton juga sudah menjadi bagian dari konsep tragedy ini." Tambahnya.

Dalam amatan penulis, ada hal-hal yang sebenarnya bukan untuk ditertawakan tetapi itu menjadi bahan tertawaan bagi kita, terkadang sisi kemanusiaan itu pelan-pelan mulai bias tafsiranya. Di balik hal-hal wacana tragedy ini sebenarnya banyak hal-hal lain di balik itu, baik hubungan kekeluargaan, hubungan antara manusia baik secara vertical maupun horizontal.

Itu semua tidak terlepas dari wacana-wacana tragedy dan juga dengan melihat bagaimana posisi perempuan yang sampai hari ini yang kita lihat kuota untuk pemerintahan saja perempuan itu dibatasi. Saya pikir ini juga suatu bentuk kritik terhadap naskah ini bahwa perempuan bisa jika ingin menjadi seorang raja atau pemimpin sebuah kerajaan yang sangat berbau monarki.


Salah satu pemain drama King Lear, Muthaqin Anwar, juga sangat antusias dalam acara ini. Karena menurutnya acara ini adalah acara yang dimana teman-teman dari Jurusan Bahasa dan Sastra Inggris dapat mengekspresikan apa yang menjadi perannya dan mengaplikasikan apa yang telah di dapatkan didalam bangku perkuliahan.

“Persiapan drama ini dimulai dari 4 bulan yang lalu kita sudah mengambil konsep dan kita diberi tema yaitu Shake Speare. Jadi kita dsuruh memilih judul drama, dan tim kami memilih drama King Lear dan kami juga punya pelatih yang sangat hebat yang selalu melatih kita tiap harinya." Ujarnya.

Muthaqin juga menjelaskan perannya didalam drama ini yang menjadi seorang badut yang bukan menjadi badut seutuhnya.

"Peran saya di dalam drama King Lear ini sebagai Badut, saya menghayati peran saya dengan membayangkan sebuah badut tetapi saya tidak di tuntut untuk menjadi badut yang semestinya, saya adalah badut yang banyak bicara dan banyak tingkah tapi semua itu benar. Saya mendalami karakter dengan waktu yang singkat karena karakter saya di dunia nyata adalah seperti ini." Tambahnya.

Penulis: Ria Irwina Savitri
Editor: Rezky Amelia Jumain
iklan
Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Stars Rally to Beat Predators in Winter Classic at Cotton Bowl