Iklan

Development Untuk Siapa?

Lapmi Ukkiri
30 December 2018
Last Updated 2020-06-23T04:28:27Z
Premium By Raushan Design With Shroff Templates
masukkan script iklan disini
pic by pixabay
Oleh: Arlansyah
Wasekum Kabid KPP HMI Komisariat Adab Periode 1437-1438 H/2016-2017 M

Krisis ekonomi Asia 1997-1998 mengiring dampak mengerikan ke Indonesia. Negeri dengan kepadatan penduduk terpadat di Asia tenggara. Jutaan pengangguran dan kemiskinan bermunculan di pelosok-pelosok negeri. Semenjak krisis ekonomi dan moneter di tahun 1998 pada masa orde baru di bawah kepemimpinan presiden Soeharto membludak, dampak dari krisis tersebut mengancam basic security (rasa tentram) masyarakat, sehingga akibat krisis tersebut masyarakat menuntut perubahan dengan segera menurunkan presiden soeharto turun dari bangku jabatannya.

Tetapi alhasil pasca mundurnya Soeharto dari jabatannya sejak 1967-1998 tersebut, alih-alih membawa konsekuensi politis. Yaitu keterbukaan negara terhadap pihak swasta seperti WTO (World Trade Organization), dan Bretton Woods, Bank Dunia serta IMF (International Moneteary Fund) dengan melalui orientasi neoliberal atau ekonomi politk, menuju ke arah kapitalisasi, privatisasi, dan liberalisasi. Dibeberapa sektor salah satunya yaitu, pembangunan atau dalam istilah Rostow (Development ). Tak pelak lagi semenjak keterbukaan negara terhadap pihak organisasi dunia atau pihak swasta tersebut yg di motori oleh negara berkembang seperti Amerika Serikat, dan negara maju lainnya dan memunculkan masalah sosial yang baru begitu akut, sehingga menimbulkan krisis berkepanjangan terhadap kehidupan masyarakat.

Karena setelah kesepakatan bersama korporasi multinasional, sektor swasta World Bank,WTO, dan IMF sangat mendatangkan serentak  keuntungan dan malapetaka sekaligus. Adapun keuntungan yang didapatkan oleh negara semenjak kerja sama terhadap pihak swasta tersebut yaitu negara akan dipulihkan sektor proyek pembangunan melalui pinjaman dana yang dikucurkan oleh Bank Dunia (WB) untuk menunjang perekonomiannya, begitu juga dengan IMF yang memberikan pinjaman bagi negara-negara yang mengalami kesulitan dalam persoalan pembayaran luar negri, dan di susul pula dengan WTO yang memiliki fungsi mengatur sektor perdagangan global.

 Sejak bantuan yang dikucurkan oleh organisasi dunia tersebut, negara mula-mula mengembangkan pembangunannya sebagai penunjang perekonomiannya dan untuk mengatasi soal kemiskinan dan keterbelakangan. Tetapi perlu kita ketahui bersama bahwa kebijakan pembangunan di Indonesia sebelumnya sudah terjadi secara besar-besaran di negara-negara dunia ke tiga setelah tahun 1970. Sedangkan untuk para ilmuan pembangunan biasa di artikan dengan beralihnya masyarakat tradisional menjadi masyarakat modern, (re; rekayasa sosial, jalaluddin Rahmat).

Menurut Fakih (1996),  pembangunan menjanjikan harapan baru bagi perubahan dan perbaikan dalam nasib kehidupan manusia. Arif Budiman (1995), membagi teori pembangunan menjadi tiga, yaitu, teori modernisasi, dependensi dan pascadepedensi. Teori modernisasi  menekankan pada faktor manusia dan budayanya yang memmpunyai elemen fundamental dalam proses pembangunan.

Proses pembangunan yang ingin di terapkan di negara sedang berkembang (NSB) seperti Indonesia, sangatlah kapitalistik yang cenderung kepada kepemilikan aset pribadi, dan pembangunan dilihat sebagai penunjang ekonomi global yang hanya mementingkan kelompok-kelompok tertentu seperti korporasi dunia, para pemilik modal dan kelompok borjuasi kaum Aristokrat (bangsawan).

Bagaimana tidak negara sedang berkembang seperti Indonesia yang memiliki sumber daya alam (SDA) yang berlimpah, kawasan Agraris yang luas dan negara terpadat penduduk ke empat dunia, sangat menjadi lahan yang empuk bagi negara berkembang dan memiliki watak kapitalis untuk melakukan liberalisasi, privatisasi dan kapitalisasi melalui eksploitasi besar-besaran untuk melindungi dan mengamankan investasi modalnya. Maka dampak dari itu semua wilayah-wilayah Indonesia yang mempumyai sumber daya alam yang berlimpah dan wilayah agraris yang begitu luas, yang semuanya itu dapat di kuasai oleh korporasi-korporasi asing akibat dari keterbukaan negara terhadap kebijakan organisasi dunia.  

Kondisi masyarakatnya pun tidak terelakkan menuju garis kemiskinan yang massif dan jauh dari kata sejahtera, akibat dari pembangunan yang dilancarkan oleh negara,  dimana tempat mereka tinggal dan bertahan hidup demi kelangsungan hidupnya diambil oleh negara atas nama kestabilan ekonomi melalui pembangunan, baik itu di wilayah pedesaan maupun perkotaan. Di sini kita bisa melihat bahwa kebijakan pembangunan yang di jalankan di negara sedang berkembang seperti indonesia, tidak mengedepankan aspek-aspek perkembangan dan kualitas manusianya tapi justru mengembangkan produktifitas pemodal untuk mengais keuntungan melalui kerja sama pihak swasta dengan penerapan pembangunan.

Oleh karena itu untuk membendung laju pembangunan yang tidak berkeadilan yang tidak berpihak kepada masyarakat kecil di pedesaan dan kaum miskin diperkotaan, kita harus bahu-membahu untuk melakukan reformasi pembangunan yang pro terhadap kelas bawah bukan kepada kaum kelas atas atau para Aristokrat borjuasi. Karena pembangunan untuk masyarakat bukan untuk pemodal.

iklan
Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Stars Rally to Beat Predators in Winter Classic at Cotton Bowl