Iklan

Kohati dan Perempuan Mandiri

Lapmi Ukkiri
04 October 2018
Last Updated 2020-06-23T04:28:28Z
Premium By Raushan Design With Shroff Templates
masukkan script iklan disini



Oleh : NURMIA LUKMAN

Bila menilik sejarah, salah satu kendala yang menjadi penghambat kemajuan perempuan baik individu maupun kelompok adalah anggapan terkait tentang dirinya, yakni tentang harakat dan martabatnya.

Sejarah mencatat bagaimana perempuan di anggap sebagai mahluk kelas dua dan tak berarti. Bahkan dalam agama Hindu, keadaan perempuan tidak lebih baik, dalam salah satu ajarannya di katakan ‘’wabah penyakit, kematian, racun, ular, dan api semuanyalebih baik dari pada perempuan’’.

            Terkait pendidikan perempuan di masa lampau  juga dianggap tak pantas medapat pendidikan. Ellizabeth Black Will, dokter perempuan pertama yang menyelesaikan studinya di Geneve University pada 1849, di boikot oleh teman-temannya sendiri dengan dalih perempuan tidak pantas mendapat pendidikan. Sedang kita ketahui perbedaan kualitas yang selama ini di rasa pada masyarakat ada pada masalah pendidikan dimana perempuan tidak memiliki ruang untuk mengembangkan diri, hal itu membuat banyak perempuan menyerah akan keadaan, dan perubahan membutuhkan waktu lama untuk tercapai.

Juga Meninjauh sejarah Rasulullah dalam mengangkat derajat perempuan, sungguh kita harus berterima kasih. Cahaya perubahan itu datang pada masa-masa kelam kaum perempuan. Perintah untuk memberikan hak hidup, jaminan sosial, ekonomi, dan keamanan bagi perempuan. Perintah untuk belajar bagi laki-laki dan perempuan muslim sebagai  realisasi hak mendapatkan pendidikan yang layak, serta perintah ‘iqra’ yang berarti membaca.

Hal ini menjadi dasar perjuangan para pahlawan perempuan di Indonesia di era kolonialisme, sehingga munculah tokoh gerakan perempuan seperti R.A Kartini, Cut Nyak Dien, We Tenri Olle dan lain sebagainya. Dan di tahun-tahun selanjutnya muncullah gerakan-gerakan perempuan yang tidak terlepas dari pengaruh perempuan di barat, tentang kesetaraan Gender, Feminismi, dan segala terkait ketidakadilan perempuan.

Sedang dalam sejarah KOHATI sendiri dapat kita lihat, semangat kaum HMI-Wati  semakin memuncah seiring dengan semangat mewujudkan tujuan HMI  yaitu ‘’Terbinahnya Insan Akademis Pencipta Pengabdi yang bernafaskan Islam dan Bertanggung Jawab, atas terwujudnya Masyarakat Adil Makmur yang di Ridhoi Allah SWT’’ yang di yakini menjadi solusi dalam merubuhkan panji-panji kebatilan dan menegakkan panji-panji kebenaran berasaskan Islam.

Termaktub didalam PDK bahwa pada masa itu organisasi-organisasi yang ada semata-mata untuk perjuangan Revolusi, sehingga di rasakan perlu untuk dibuat organisasi perempuan di tubuh HMI dalam rangkah memperluas misi HMI dalam bidang pemberdayaan perempuan untuk melakukan suatu aktivitas organisasi yang menampung basic needs sebagai mahasisiwi perempuan yang dirasakan tetap perlu dan tidak akan pernah berakhir.

Atas pertimbangan itulah, pada tanggal 17 September 1966 M bertepatan dengan tanggal 2 Jumadil Akhir 1386 H pada Konggres ke VIII  di Surakarta, KOHATI didirikan.

Meninjau kembali tujuan  Kohati yaitu ‘’TERBINANYA MUSLIMAH BERKUALITAS INSAN CITA’’ dimana di maksudkan output dari itu semua dapat menciptakan kader HMI Wati yang MANDIRI. Kemandirian perempuan mengharuskannya tampil sebagai perempuan yang bangga dengan identitasnya. Mengutip kata dari M.Quraish Shihab dalam bukunya ‘Perempuan’. ‘’Kemandirian perempuan tidak boleh lebur hingga menjadikannya sebagai lelaki’’  ‘’Kemandirian perempuan menjadikannya berkewajiban menolak segala upaya yang bermaksud mengeksploitasi keunggulannyanya dan kodratnya sebagai perempuan yang tujuannya yang jelas bertentangan dengan kehormatannya sebagai perempuan dan manusia.’’

Kemandirian perempuan di harapkan mampu membuat perempuan lebih berkembang dan mengklaim hak-haknya serta melaksanakan kewajibannya. Juga di maksudkan agar Muslimah berkuliatas Insan cita mampu mengantarkannya menjadi ‘MADRASAH PERADABAN’ yang akan merobohkan segala bentuk pemikiran yang akan menghambat perempuan untuk menunjukkan eksistensinya sebagai mahluk sosial juga sebagai kader HMI Wati yang siap mewujudkan tujuan HMI yaitu Masyrakat Adil Makmur yang di ridhoi Allah SWT.

Sebagaimana yang kita sadari bersama, KOHATI dan HMI merupakan satu kesatuan dalam mewujudkan Masyarakat Adil Makmur yang  melalui proses panjang untuk membentuk karakter yang berkualitas Insan Cita. Dimaksudkan KOHATI dan HMI-wan duduk bersama dan bersinergi dalam pencapaian hal tersebut. Seperti halnya Sel Sperma dan Sel Ovum yang bertemu hingga menciptakan sebuah kehidupan. Maka keduannya harus paham dengan sangat peranan –peranan masing-masing, bukan saling mengungguli dalam kata lain lebih unggul sebagai laki-laki ataupun perempuan karena kita yakini bersama semua manusia punya potensi yang luar biasa yang di miliki masing-masing, dan apabila di satukan maka Tujuan yang kita idam-didamkan satu persatu akan menemukan titik terang.

Namun pada pengkajian dewasa ini, maraknya pengetahuan tentang Gender ala Barat sedikit demi sedikit mempengaruhi pola pikir perempuan terkhususnya KOHATI.  Seperti tujuan HMI yaitu ‘’INSAN AKADEMIS’’ tentu saja segala pengatahuan wajib kita garab, namun kembali pada tujuan KOHATI yaitu’’ Terbinanya Muslimah berkualitas Insan Cita’’ maka segala pengetahuan itu tidak boleh meleset dari koridor ke-Islaman kita sebagai MUSLIMAH. Tentu kita tahu bagaimana beberapa kajian Gender ala Barat sangat agresif  dengan sejarah-sejarah perempuan di masa lampau sehingga menjadikannya menolak dengan keras adanya Sinergi antara perempuan dan laki-laki mereka memilih untuk hidup sendiri dan sebagainya. Oleh karena itu kader HMI Wati sebagai kader yang dididik untuk menjadi MUSLIMAH BERKUALITAS INSAN CITA harus paham yang mana yang harus diadopsi dan yang mana yang harus di tinggalkan dalam koridor pengetahuan.

Kembali melihat pada paragraf pertama penulis, bahwa salah satu yang  menghambat kemajuan  perempuan adalah anggapan terkait tantang dirinya. Dan sebagaimana Rasulullah SAW mengangkat derajat perempuan, dan betapa perempuan begitu di Muliakannya dan diCintainya, maka perempuan juga harus melihat dirinya seperti itu. Karena begitupun yang di lakukan para pejuang perempuan terdahulu hingga kita bisa menikmati manisnya pendidikan tanpa boikot ataupun kata-kata seperti perempuan dan pendidikan adalah dua hal yang di haramkan untuk bersatu.

Selamat mencintai diri sebagai KOHATI, Selamat Milad Ke 52, panjang Umur Perjuangan Jayalah Kohati Bahagia HMI.

iklan
Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Stars Rally to Beat Predators in Winter Classic at Cotton Bowl