masukkan script iklan disini
Oleh
: NURMIA LUKMAN
Bila
menilik sejarah, salah satu kendala yang menjadi penghambat kemajuan perempuan
baik individu maupun kelompok adalah anggapan terkait tentang dirinya, yakni
tentang harakat dan martabatnya.
Sejarah
mencatat bagaimana perempuan di anggap sebagai mahluk kelas dua dan tak berarti.
Bahkan dalam agama Hindu, keadaan perempuan tidak lebih baik, dalam salah satu
ajarannya di katakan ‘’wabah penyakit, kematian, racun, ular, dan api
semuanyalebih baik dari pada perempuan’’.
Terkait pendidikan perempuan di masa
lampau juga dianggap tak pantas medapat
pendidikan. Ellizabeth Black Will, dokter perempuan pertama yang menyelesaikan
studinya di Geneve University pada 1849, di boikot oleh teman-temannya sendiri
dengan dalih perempuan tidak pantas mendapat pendidikan. Sedang kita ketahui
perbedaan kualitas yang selama ini di rasa pada masyarakat ada pada masalah
pendidikan dimana perempuan tidak memiliki ruang untuk mengembangkan diri, hal
itu membuat banyak perempuan menyerah akan keadaan, dan perubahan membutuhkan
waktu lama untuk tercapai.
Juga
Meninjauh sejarah Rasulullah dalam mengangkat derajat perempuan, sungguh kita
harus berterima kasih. Cahaya perubahan itu datang pada masa-masa kelam kaum
perempuan. Perintah untuk memberikan hak hidup, jaminan sosial, ekonomi, dan
keamanan bagi perempuan. Perintah untuk belajar bagi laki-laki dan perempuan
muslim sebagai realisasi hak mendapatkan
pendidikan yang layak, serta perintah ‘iqra’ yang berarti membaca.
Hal
ini menjadi dasar perjuangan para pahlawan perempuan di Indonesia di era
kolonialisme, sehingga munculah tokoh gerakan perempuan seperti R.A Kartini,
Cut Nyak Dien, We Tenri Olle dan lain sebagainya. Dan di tahun-tahun
selanjutnya muncullah gerakan-gerakan perempuan yang tidak terlepas dari
pengaruh perempuan di barat, tentang kesetaraan Gender, Feminismi, dan segala
terkait ketidakadilan perempuan.
Sedang
dalam sejarah KOHATI sendiri dapat kita lihat, semangat kaum HMI-Wati semakin memuncah seiring dengan semangat
mewujudkan tujuan HMI yaitu
‘’Terbinahnya Insan Akademis Pencipta Pengabdi yang bernafaskan Islam dan
Bertanggung Jawab, atas terwujudnya Masyarakat Adil Makmur yang di Ridhoi Allah
SWT’’ yang di yakini menjadi solusi dalam merubuhkan panji-panji kebatilan dan
menegakkan panji-panji kebenaran berasaskan Islam.
Termaktub
didalam PDK bahwa pada masa itu organisasi-organisasi yang ada semata-mata
untuk perjuangan Revolusi, sehingga di rasakan perlu untuk dibuat organisasi
perempuan di tubuh HMI dalam rangkah memperluas misi HMI dalam bidang
pemberdayaan perempuan untuk melakukan suatu aktivitas organisasi yang
menampung basic needs sebagai
mahasisiwi perempuan yang dirasakan tetap perlu dan tidak akan pernah berakhir.
Atas
pertimbangan itulah, pada tanggal 17 September 1966 M bertepatan dengan tanggal
2 Jumadil Akhir 1386 H pada Konggres ke VIII
di Surakarta, KOHATI didirikan.
Meninjau
kembali tujuan Kohati yaitu
‘’TERBINANYA MUSLIMAH BERKUALITAS INSAN CITA’’ dimana di maksudkan output dari
itu semua dapat menciptakan kader HMI Wati yang MANDIRI. Kemandirian perempuan
mengharuskannya tampil sebagai perempuan yang bangga dengan identitasnya.
Mengutip kata dari M.Quraish Shihab dalam bukunya ‘Perempuan’. ‘’Kemandirian perempuan
tidak boleh lebur hingga menjadikannya sebagai lelaki’’ ‘’Kemandirian perempuan menjadikannya
berkewajiban menolak segala upaya yang bermaksud mengeksploitasi
keunggulannyanya dan kodratnya sebagai perempuan yang tujuannya yang jelas
bertentangan dengan kehormatannya sebagai perempuan dan manusia.’’
Kemandirian
perempuan di harapkan mampu membuat perempuan lebih berkembang dan mengklaim
hak-haknya serta melaksanakan kewajibannya. Juga di maksudkan agar Muslimah
berkuliatas Insan cita mampu mengantarkannya menjadi ‘MADRASAH PERADABAN’ yang
akan merobohkan segala bentuk pemikiran yang akan menghambat perempuan untuk
menunjukkan eksistensinya sebagai mahluk sosial juga sebagai kader HMI Wati
yang siap mewujudkan tujuan HMI yaitu Masyrakat Adil Makmur yang di ridhoi
Allah SWT.
Sebagaimana
yang kita sadari bersama, KOHATI dan HMI merupakan satu kesatuan dalam
mewujudkan Masyarakat Adil Makmur yang melalui proses panjang untuk membentuk
karakter yang berkualitas Insan Cita. Dimaksudkan KOHATI dan HMI-wan duduk
bersama dan bersinergi dalam pencapaian hal tersebut. Seperti halnya Sel Sperma
dan Sel Ovum yang bertemu hingga menciptakan sebuah kehidupan. Maka keduannya
harus paham dengan sangat peranan –peranan masing-masing, bukan saling
mengungguli dalam kata lain lebih unggul sebagai laki-laki ataupun perempuan
karena kita yakini bersama semua manusia punya potensi yang luar biasa yang di
miliki masing-masing, dan apabila di satukan maka Tujuan yang kita
idam-didamkan satu persatu akan menemukan titik terang.
Namun
pada pengkajian dewasa ini, maraknya pengetahuan tentang Gender ala Barat
sedikit demi sedikit mempengaruhi pola pikir perempuan terkhususnya
KOHATI. Seperti tujuan HMI yaitu ‘’INSAN
AKADEMIS’’ tentu saja segala pengatahuan wajib kita garab, namun kembali pada
tujuan KOHATI yaitu’’ Terbinanya Muslimah berkualitas Insan Cita’’ maka segala pengetahuan
itu tidak boleh meleset dari koridor ke-Islaman kita sebagai MUSLIMAH. Tentu
kita tahu bagaimana beberapa kajian Gender ala Barat sangat agresif dengan sejarah-sejarah perempuan di masa
lampau sehingga menjadikannya menolak dengan keras adanya Sinergi antara
perempuan dan laki-laki mereka memilih untuk hidup sendiri dan sebagainya. Oleh
karena itu kader HMI Wati sebagai kader yang dididik untuk menjadi MUSLIMAH
BERKUALITAS INSAN CITA harus paham yang mana yang harus diadopsi dan yang mana
yang harus di tinggalkan dalam koridor pengetahuan.
Kembali
melihat pada paragraf pertama penulis, bahwa salah satu yang menghambat kemajuan perempuan adalah anggapan terkait tantang
dirinya. Dan sebagaimana Rasulullah SAW mengangkat derajat perempuan, dan
betapa perempuan begitu di Muliakannya dan diCintainya, maka perempuan juga
harus melihat dirinya seperti itu. Karena begitupun yang di lakukan para
pejuang perempuan terdahulu hingga kita bisa menikmati manisnya pendidikan tanpa
boikot ataupun kata-kata seperti perempuan dan pendidikan adalah dua hal yang
di haramkan untuk bersatu.
Selamat
mencintai diri sebagai KOHATI, Selamat Milad Ke 52, panjang Umur Perjuangan
Jayalah Kohati Bahagia HMI.