masukkan script iklan disini
Oleh: Rahmat Achdar
Manusia
adalah mahluk hidup paling sempurna yang pernah diciptakan oleh Allah SWT. Kesempurnaan yang dimiliki oleh manusia merupakan suatu konsekuensi fungsi dan
tugas mereka sebagai Khalifah dimuka bumi ini, manusia adalah
musafir dengan pelita tawasul dan ibadah, masing-masing mempunyai jalan yang
berbeda untuk menggapai permata kebahagiaan dalam hidupnya. Al-Quran
menerangkan bahwa manusia berasal tanah dengan mempergunakan bermacam-macam
istilah seperti Turab, Thien, Shal-shal, dan Sualalah.
Proses
penciptaan manusia menurut hadist Nabi Muhammad SAW yang di riwayakan oleh
Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin Mas'ud, bahwa Nabi pernah mengatakan bahwa;
"Tatkala dahulu, jatuhlah zat air kejadian, bercampur dari sulbi ayah
dengan taraib dari ibunda. empat puluh hari pertama bernama nutfah, artinya air
segumpal. Empat puluh hari sesudahnya bernama alaqah yang artinya darah
segumpal. Empat puluh hari kemudian mudhgah, artinya daging segumpal.
Setelah
cukup bilangan 120 hari, datanglah malaikat menghembuskan nyawa dan
mengantarkan empat kalimat yaitu kitab (tulisan) tentang rezeki, ajal, amal usaha
dan juga untung celaka dan bahagia manusia tersebut. Apabila telah sampai pada
bilangan sembilan bulan sepuluh hari, maka lahirlah anak itu ke dunia.
Berangkat
dari proses penciptaan tersebut, dalam diri manusia yang sebenarnya
terdapat potensi spiritual. Diantaranya, moralitas (gemar mengasihi dan
membantu), religius, gemar akan keindahan, potensi berkreasi dan berpikir
ilmiah.
Menurut
Paulo Freire manusia merupakan satu-satunya mahluk yang memiliki hubungan
dengan dunia. Manusia berbeda dengan hewan, tapi berpotensi menjadi seperti
hewan, dimana ketika dia tidak berhasil menggunakan akal pikirannya dengan baik
maka ia akan bersikap seperti hewan. Mungkin inilah penyebabnya kenapa
seorang Charles Darwin sang naturalis dan ahli geologi Inggris ini
bergumam dengan teori evolusinya.
Tentunya
sebuah teori yang di mana penulis juga tidak dapat menafikkan hal itu ketika di
benturkan dengan fenomena pada manusia sekarang, atau biasa di sebut
dengan kids jaman now.
Pada
era kehidupan kids jaman now ini banyak bermunculan
manusia-manusia yang serba gaduh, memberhalakan isntitusi agama sembari
menafikan nilai-nilai ketuhanan. Agama terpisahkan dari Tuhan lantaran
kecenderungan formalisme. Mereka lupa bahwasanya Allah yang telah meminjamkan
ruh kepadanya, sehingga perilakunya jauh dari kebijaksanaan.
Padahal
pada fitrahnya, manusia telah di ciptakan dalam keadaan hanif yakni
berpegang teguh pada keselamatan dan kebenaran. Jadi ketika misalnya ada manusia
yang cenderung berbuat hal-hal yang jauh dari kebenaran, maka ia dinyatakan telah melanggar fitrahnya sendiri.
Berangkat
dari konteks pemahaman di atas, telah jelas bahwasanya akal pikiran serta
potensi pada manusia merupakan sebuah elemen-elemen penting dalam
mengejawantahkan sebuah hubungan yang harmonis. Baik hubungan kepada Allah, maupun
hubungan bermasyarakat (Hablum minallaah wa hablum minannaas). Karena
pada dasarnya, manusia sebagai mahluk sosial yang tidak dapat hidup dengan
sendirinya pasti memerlukan sebuah kelompok atau masyarakat dalam
kesehariannya.
Hidup
merupakan sebuah pilihan, benar atau tidaknya kembali pada individu manusia
masing-masing. Akan tetapi jika seseorang manusia yang telah dianugerahi
kecerdasan namun tidak menggunakannya sebagai mana mestinya dan tidak
menempatkan sesuatu pada tempatnya, maka ia telah melakukan kesalahan.
Sedikit mengutip perkataan Cak
Nun bahwa "begitu engkau menjadi manusia,maka engkau mempunyai
kewajiban untuk mencintai sesama manusia, siapapun dia".